Ada anggapan :
Bahwa untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, cukup membaca ayat-ayat kauniyah yang ada di dalam Al Qur’an saja. Mempelajari dan mengembangkan ilmu pengetahuan melalui penelitian sebagai usaha yang tak ada gunanya, banyak mengeluarkan biaya, dan membuang waktu.
Anggapan semacam itu bisa timbul sebagai akibat pernyataan-pernyataan yang mengemukakan bahwa Al Qur’an merupakan sumber segala ilmu. Memang tidak ada yang dapat menyangkal bahwa dalam Al Qur’an terdapat dasar-dasar peraturan hidup dan kehidupan, hubungan manusia dengan Alloh Sang Pencipta, interaksi manusia dengan manusia, interaksi manusia dengan lingkungannya, kejadian alam semesta dan berbagai proses kealaman lainnya, bahkan dinyatakan pula untuk apa manusia diciptakan. Namun adanya kesalah-fahaman yang menimbulkan anggapan yang salah sangatlah berbahaya.
Sementara itu beberapa ayat dalam Al Qur’an sangat relevan dalam mendasari kegiatan pengembangan ilmu melalui penelitian atau observasi. Penelitian adalah rangkaian kegiatan mulai dari mengamati, mengukur, menganalisa, dan akhirnya akan diperoleh sebuah pengetahuan baru dengan menggunakan metode keilmuan. Sehubungan dengan keharusan manusia untuk memperhatikan dan mengamati alam sekitarnya dengan baik, maka Allah SWT memerintahkan dalam ayat 101 surah Yunus :
“ Katakanlah (wahai Muhammad) : Periksalah dengan nazhor apa-apa yang ada di langit dan di bumi; ”
Periksalah dengan nazhor, untuk kata “unzhuru” karena melihat disini tidak sekedar melihat dengan mata sementara pikirannya kosong, melainkan dengan memperhatikan pada kebesaran dan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, dan makna dari fenomena/gejala-gejala alam yang teramati. Hal ini akan lebih jelas bila kita ikuti teguran-teguran Allah SWT dalam ayat 17 – 20 surah Al Ghosyiyah :
“ Maka apakah mereka tidak melakukan nazhor dan memperhatikan onta, bagaimana ia diciptakan. Dan langit, bagaimana ia ditinggikan. Dan gunung, bagaimana mereka ditegakkan. Dan bumi, bagaimana ia dibentangkan. “
Pengamatan dalam penelitian juga tidak hanya melihat dengan mata, tetapi disertai dengan pikiran yang terarah kepada tujuan penelitian, dibarengi dengan hati yang ihklas untuk dapat mengetahui dari hal-hal yang diamati untuk menjawab pertanyaan “ bagaimana proses itu terjadi ? “ .
Setelah pengamatan unsur penting dalam penelitian adalah pengukuran. Pada pengamatan kuantitatif yaitu pengamatan yang dilakukan dengan mengacu kepada satuan baku tertentu maka proses dan kemapuan mengukur sangat menentukan kevalidan sebuah data. Kuantifikasi dilakukan semaksimal mungkin, sebab dalam pengamatan kuantitatif, data akan menjadi kabur apabila hanya dinyatakan secara kualitatif saja. Dalam Al Qur’an pada ayat 49 surah Al-Qomar dinyatakan:
“ Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu dengan ukuran “
Unsur penting yang ketiga dalam sebuah penelitian adalah analisis terhadap data yang terkumpul dari berbagai pengukuran dengan menggunakan proses pemikiran yang kritis (unsur penelitian yang keempat), yang kemudian menyimpulkannya dengan penalaran akal yang sehat dan rasional. Pentingnya peranan pikiran yang kritis dan penalaran yang rasional ditekankan oleh Allah SWT dalam ayat 11 dan 12 surah An Nahl yang artinya :
“ Dia menumbuhkan bagimu, dengan air hujan itu, tanaman-tanaman zaitun, korma, anggur, dan segala macam buah-buahan; sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat ayatullah bagi mereka yang mau berfikir. Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu; dan bintang-bintang itu ditundukkan (bagimu) dengan perintah-Nya; sebenarnya pada yang demikian itu terdapat ayatullah bagi kaum yang menalar “.
Dari ayat-ayat di atas nyatalah bahwa untuk dapat memanfaatkan alam, manusia harus mengetahui peraturan-peraturan Allah SWT, yaitu sunnatullah, yang mengendalikan kelakuan alam semesta. Kita juga dapat menyimpulkan, bahwa untuk dapat memahami ayat-ayat Allah SWT dalam Al Qur’an, yang menyangkut alam yang kita huni ini serta proses-proses alamiah di dalamnya, kita harus melakukan penelitian dengan serangkaian tindakan seperti mengamati, mengukur, menganalisis data secara kritis, dan menarik kesimpulan yang rasional.
Dari himpunan rasionalitas insani ini kemudian dijabarkan penggunaannya sebagai teknologi bagi pemanfaatan alam dan pengelolaannya secara baik, hingga lingkungan hidup yang lestari ini dapat menjadi sumber penghidupan dan tempat berlindung bagi manusia yang mengelolanya. Al Qur’an mengajarkan lebih dari itu, seorang muslim tak boleh tidak harus menjadi manusia yang utuh. Manusia diarahkan untuk mencari kebahagiaan akhirat tanpa mengabaikan nasibnya di dunia. Hal ini ia harus menguasai kedua ilmunya, yaitu ilmu keakhiratan dan ilmu keduniaan.
“ Dan raihlah apa yang dianugerahkan Allah kepadamu dari kebahagiaan akhirat, dan janganlah melupakan bagianmu (atau mengabaikan nasibmu) di dunia; dan berbuat baiklah sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu, dan jangan kamu membuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai mereka yang membuat kerusakan. “ (Q.S. Al Qoshosh, ayat 77)
Marilah kita melakukan kebaikan-kebaikan dengan melakukan perintah-perintah yang ada dalam Al Qur’an diantaranya adalah dengan melakukan penelitian.